Contoh Makalah:
ANALISIS
PANTUN DALAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
Bab
I
Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Indonesia terkenal di dunia karena budaya yang
dimilikinya, serta keunikan dan ciri khas yang sangat melekat. Sejak zaman
dahulu orang-orang begitu mahir mengembangkan pola pikir mereka dalam sastra,
sehingga saat ini kita dapat mengenal berbagai karya sastra. Begitu banyaknya
karya sastra yang berkembang di era globalisasi modern ini memperkaya sastra
Indonesia. Baik yang tertulis maupun tidak tertulis dapat mengungkapkan
perasaan hati seseorang.
Setiap karya sastra mampu menggugah hati siapapun
yang membacanya untuk mengetahui makna yang tersembunyi di dalamnya. Namun, seiring berkembangnya zaman, juga
membuat karya sastra terutama pantun semakin dilupakan, karena dianggap kuno
terutama di kalangan pelajar yang seharusnya menjadi generasi penerus dan
pelestari karya-karya Indonesia. Alasan ini tak serta merta dapat dibenarkan
begitu saja. Karena pantun memiliki keunikan dari segi bahasa untuk menyampaikan
makna sebuah pantun.
Dengan pantun kita dapat memberi nasihat, menghibur,
ataupun mengungkapkan isi hati kepada seseorang dengan bahasa yang indah
tentunya. Pantun saya katakan sebagai sesuatu yang unik karena tidak semua
negara memilikinya. Oleh karena itu, berbanggalah kita sebagai bangsa Indonesia
memiliki pantun sebagai sebuah karya sastra. Alasan-alasan di atas membuat saya
berpikir untuk mengangkat tema pantun dalam karya ilmiah saya. Hal ini saya
lakukan agar peminat pantun terutama kalangan remaja dapat lebih berkembang dan
semakin luas.
1.2
Identifikasi Masalah
Generasi muda banyak yang lupa akan sastra yang
dimiliki bangsa ini, mereka lebih mementingkan kemajuan tekhnologi tanpa
mengimbangi dengan kebudayaan yang ada. Akibatnya, mereka lebih terpaku pada
kemajuan di era globalisasi modern, lebih mementingkan gadget, dan segala hal
yang praktis. Mereka lupa akan warisan budaya, seperti membaca pantun, dan
menganggapnya sebagai suatu hal yang kuno. Bahkan, jika ada teman mereka yang
masih senang membaca pantun dianggap kuper
(kurang pergaulan). Selain itu, banyak orang yang kebingungan jika mendapat
tugas membuat pantun, mereka tidak tahu aturan penulisan pantun yang benar.
Masalah-masalah yang timbul ini akan saya bahas dalam bagian karya ilmiah ini
selanjutnya.
1.3
Rumusan Masalah
·
Apa yang dimaksud dengan pantun?
·
Bagaimana aturan penulisan pantun?
·
Apa fungsi pantun?
·
Bagaimana penggolongan pantun?
1.4
Tujuan
·
Mendeskripsikan pengertian pantun dan
fungsinya.
·
Mendeskripsikan aturan penulisan pantun.
·
Menjelaskan berbagai macam pantun.
1.5
Manfaat
·
Sebagai materi yang dapat menambah
wawasan pembaca tentang pantun
·
Sebagai motivasi untuk lebih mencintai
karya sastra Indonesia yang berupa pantun
·
Melestarikan pantun agar tidak dilupakan
oleh kaum muda
Bab
II
Landasan
Teori
Dalam pembuatan karya ilmiah ini saya mengembangkan
berdasarkan beberapa materi dari beberapa buku dan teori yang dikemukakan
beberapa ahli, yaitu Za’ba dalam bukunya Ilmu
Mengarang Melayu menjelaskan,”Pantun pada mulanya dipakai orang dalam makna
seperti atau umpama”. Tuan Ch. A. van Ophuysen, seorang Guru Besar (Professor)
bahasa Melayu pada Sekolah Tinggi di kota Leiden pada tahun 1904 dalam
pidatonya menyatakan, suatu karangan Tuan H.C.Klinkert yang berjudul “de
Pantuns of Minnezangen der Maleiers” memiliki arti “Pantun adalah nyanyian
orang Melayu berkasih-kasihan”. Sedangkan dalam bahasa Minangkabau, pantun
berarti panuntun yang memiliki makna
pembimbing/penasihat.
Bab
III
Metode
Penelitian
3.1
Metode
Dalam
penyusunan karya ilmiah ini saya menggunakan metode pengkajian dari beberapa
sumber buku dan internet sebagai referensi untuk menambah dan mengembangkan
materi mengenai pantun. Selebihnya, saya menggabungkan dengan materi yang telah
saya dapatkan di bangku SMP dan SMA.
3.2
Pengumpulan data
Data-data
yang bersumber dari buku dan media internet dikumpulkan dalam sebuah file untuk
dikaji kembali materinya, mana yang berhubungan dan mana yang harus disisihkan
untuk menjadi tambahan materi.
3.3
Pengolahan data
Data-data
yang telah terkumpul diproses dengan cara memadukan antara materi dari sumber
yang satu dengan yang lainnya untuk disusun agar menjadi padu dan saling
mengisi kekurangan yang ada, sehingga gabungan dari beberapa materi ini dapat
memunculkan sebuah ide baru yang lebih lengkap.
Bab
IV
Pembahasan
4.1 Pengertian Pantun
Karya sastra memiliki
berbagai pengertian menurut masing-masing individu. Pengertian itu muncul dari
pemikiran yang juga melibatkan perasaan seseorang yang menafsirkannya. Begitu
pula dengan pantun. Pantun dalam masyarakat sudah dianggap sebagai seni yang
mengutamakan keindahan struktur bahasa dan kata yang digunakan. Pantun juga
dapat digunakan sebagai media untuk mencurahkan perasaan hati seseorang.
Secara umum pantun adalah
sebuah karya sastra berupa puisi lama yang terikat oleh jumlah baris,
sajak,suku kata, sampiran dan isi yang dapat mewakili maksud seseorang kepada
orang lain, baik yang berupa nasihat, sindiran, teka-teki, ungkapan rasa rindu,
dan lain-lain.
4.2 Fungsi Pantun
Setiap karya sastra yang dibuat pastinya memiliki
tujuan. Dalam penulisannya pantun dibuat untuk:
1. Memberikan
nasihat dan pendidikan
Pada bagian isi pantun terdapat
beberapa kata yang jika diperhatikan denngan seksama kata-kata tersebut
menyampaikan suatu maksud kepada si pembaca tentang nilai-nilai kehidupan.
2. Sebagai
sindiran
Pantun dapat digunakan untuk
menyindir seseorang, tetapi kata-kata yang digunakan untuk menyindir biasanya
berpa kiasan.
3. Sebagai
media untuk mencurahkan perasaan rindu dan kasih saying
4. Untuk
mengungkapkan perasaan terimakasih
5. Untuk
mengasah ketangkasan pikiran
Seseorang dalam membuat sebuah
pantun harus mengasah ketangkasan otak dalam berpikir, yaitu ketangkasan dalam
mengikuti aturan penulisan, mengolah
kata agar indah didengar, dan ketangkasan untuk menyampaikan isi/maksud pantun.
6. Sebagai
hiburan
Pantun dikatakan sebagai hiburan
karena dapat menjadi sebuah permainan, seperti pantun jenaka dan pantun
teka-teki.
4.3 Bagian-Bagian Pantun
Pantun
memiliki struktur yang harus dipatuhi, jadi tidak asal membuat kata-kata.
Bagian-bagian pantun tersebut antara lain:
1.
Sampiran
Yaitu
bagian pantun yang memberi persamaan bunyi/rima kepada isi pantun. Sampiran
pada pantun yang memiliki empat baris berada pada baris pertama dan kedua dengan
akhiran a-b atau a-a.
2.
Isi/maksud
Yaitu
pesan yang ingin disampaikan dalam pantun. Isi berada pada baris ketiga dan
keempat.
3.
Kata
Pemilihan
kata dapat menambah keindahan pantun. Kata yang digunakan dirangkai sedemikian
rupa dan disesuaikan dengan isi pantun. Dalam satu baris terdiri dari 3-4 kata.
4.
Suku kata
Pantun
yang baik memiliki jumlah kata yang sama di setiap baris, yaitu antara 8-12
suku kata.
5.
Rima
Yaitu
bunyi yang sama pada bagian tengah atau akhir setiap baris.
4.4
Aturan
Penulisan Pantun
Dalam menulis
sebuah pantun agar indah dibaca dan dapat diterima maksudnya, harus berdasarkan
kaidah yang berlaku. Berikut adalah aturan penulisan pantun yang sering
dijumpai, yaitu:
1. Terdiri dari empat baris
2. Jumlah kata dalam satu baris antara
4-5 patah kata
3. Jumlah suku kata setiap baris antara
7-12 suku kata
4. Ada hubungan antara sampiran (2
baris di atas) dan isi (2 baris di bawah)
5. Bunyi rima akhir seuntai pantun itu
harus sama, yaitu a-b-a-b atau a-a-a-a
6. Menggunakan bahasa yang halus, penuh
kiasan, dan sindiran serta banyak menggunakan unsure alam
7. Isinya sarat dengan pengajaran,
moral, dan falsafah hidup
8. Sarat dengan cirri-ciri tradisional,
ada sampira dan isi, mempunyai nilai hidup masyarakat yang menggambarkan
perspektif masyarakat
4.5
Jenis-Jenis
Pantun
Pantun ada
beragam jenisnya. Secara umum, pantun
dapat kita bedakan berdasarkan isinya, yaitu:
1. Pantun anak-anak
Seperti namanya, pantun anak-anak diperuntukkan untuk
anak-anak yang selalu riang dan penuh dengan keceriaan, namun pantun anak-anak
dalam hal ini tidak hanya tentang sukacita, tetapi juga dukacita. Pembagian
pantun anak-anak sebagai berikut:
a. Pantun bersukacita
·
Dapat
di rumput bilang-bilang,
mengisap bunga dengan mayang.
Hati cemas menjadi hilang,
perut lapar menjadi kenyang.
·
Juragan
bernama Sutan Tahir,
muat beras bercampur pulut.
Selama masa adikku lahir,
telah boleh kawan bergelut.
b. Pantun berdukacita
·
Besar
buahnya pisang batu,
jatuh melayang selaranya.
Saya ini anak piatu,
sanak saudara tidak punya.
·
Buah
mangga di Tanah Sirah,
masak sedikit bawakan bakul.
Bapa saya sangat pemarah,
salah sedikit suka memukul.
2.
Pantun
orang muda
Pantun orang muda dapat
dikategorikan dalam bebrapa pantun lagi, yaitu:
a. Pantun dagang atau pantu nasib
·
Asam
pauh dari seberang,
tumbuhnya dekat tepi tebat.
Badan jauh di rantau orang,
sakit siapa akan mengobat.
·
Bangkahulu
pasarnya lengang,
sebab sukar tempat membeli.
Dahulu badan betul senang,
kini serasa jadi kuli.
b. Pantun muda
Pantun muda digolongksn menjadi empat jenis, yaitu:
o
Pantun
berkenalan
·
Serdadu
perang gundah gulana,
lihat bayangan hanyalah semu.
Hai seseorang yang disana,
dapatkah ku tahu namamu?
·
Dari
mana hendak ke mana?
dari Jepang ke Bandar Cina.
Kalau boleh kami bertanya,
bunga yang kembang siapa punya?
o
Pantun
berkasih-kasian
·
Makan
manggis dengan bijinya,
daun miana di atas Loyang.
Karena manis hati budinya,
bagaimana hati takkan sayang.
·
Kunang-kunang
di dalam kendi,
ambil tali panjang sedepa.
Kenangan tuan yang baik budi,
sampai mati tidakkan lupa.
o
Pantun
berceraian
·
Puan
emas di atas peti,
bunga mawar layu terletak.
Tuan berjalan bersenang hati,
saya yang tinggal berhati rusak.
·
Pulau
tinggi teratak Cina,
tampaklah dari Pasir Sibu.
Tuan pergi janganlah lama,
tidak kuasa menanggung rindu.
o
Pantun
beriba hati
·
Padi
dirangkai Laksamana,
padi nan jangan dicampur antah.
Jika lagia akan berguna,
hatiku jangan diberi patah.
·
Anak
Keling berbaju sitin,
sudah sitin sekelat pula.
Hamba hina lagi miskin,
sudah miskin melarat pula.
c. Pantun jenaka
·
Tanamlah
padi dalam hutan,
sudahlah ditanam ditunggui.
Kesallah hati ayam jantan,
padi terjemur ditunggui.
·
Mentimun
dan limau kingkik,
sama masam keduanya.
Matilah kuman kena belantik,
sekalian alam kena darahnya.
3. Pantun orang tua
Pantun ini biasanya berisi saran dari orang tua untuk kaum
muda atau menceritakan tentang warisan leluhur. Bagian-bagian pantun orang tua:
a. Pantun nasihat
·
Anak
ayam turun lima,
mati satu tinggallah empat.
Baiklah tuntut pada ulama,
mana yang kurang hendaklah dapat.
·
Perang
dibantu maraja dewa,
Dipa Negara Jawa sakti.
Jika nama tidak kecewa,
masyurlah kita sampai ‘kan mati.
b. Pantun adat
·
Berek-berek
turun ke semak,
dari semak turun ke padi.
Dari nenek turun ke mamak,
dari mamak turun ke kami.
·
Rama-rama
si kumbang janti,
Chatib Indah pulang berkuda.
Patah tumbuh hilang berganti,
pusaka tinggal begitu juga.
c. Pantun agama
·
Asam
kandis asam gelugur,
ketiga asam riang-riang.
Menangis di pintu kubur,
teringat badan tidak sembahyang.
·
Orang
Bayang pergi mengaji,
ke Cubadak jalan ke Panti.
Meninggalkan sembahyang jadi berani,
seperti badan tak akan mati.
Pantun tidak hanya dilihat berdasarkan isinya. Pantun juga
dapat dibedakan berdasarkan jumlah barisnya, yaitu terdiri dari:
1. Pantun yang terdiri dari 2 baris
Baris pertama merupakan sampiran, dan baris kedua merupakan
isi dengan sajak a-a.
·
Sebab
pulut santan terasa,
Sebab mulut orang binasa.
2. Pantun yang terdiri dari 4 baris
Jenis pantun ini merupakan pantun yang paling popular di
masyarakat. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga dan
keempat merupakan isi, dengan sajak a-b-a-b atau a-a-a-a.
·
Pepat
bilah jadi seligi,
benang setukai jadi lima.
Penat saja saya menanti,
belukar sudah menjadi rimba.
3. Pantun yang terdiri dari 6 baris
Tiga baris pertama merupakan sampiran, dan tiga baris
terakhir merupakan isi. Sajak yang digunakan yaitu sajak a-b-a-a-b-a atau
mengikuti pola, misalnya baris pertama memiliki sajak yang sama dengan baris
keempat, begitu seterusnya. Aturan ini juga berlaku untuk semua pantun yang
memiliki 8, 10, 12, dan 14 baris.
·
Selasih
di rimba Jambi,
rotan ditarik orang Pauh,
putus akarnya di jerami.
Kasih pun baru dimulai,
dibawa berjalan jauh,
itu mengiba hati kami.
4.
Pantun
yang terdiri dari 8 baris
Empat baris pertama adalah sampiran, dan empat beari
terakhir adalah isi pantun.
·
Rumpun
rotan di kota alam,
ditebang dibelah empat,
tumbuh serumpun di seberang,
selasih muara sungkai.
Penglihatan usah diperdalam,
pandang yang usah dipertepat,
adik di dalam tangan orang,
maksud rasa takkan sampai.
5. Pantun yang terdiri dari 10 baris
Baris pertama sampai keliama adalah sapiran, sedangkan baris
keenam sampai kesepuluh adalah isi.
·
Kain
selendang tenunan Kampar,
putus sehelai atas kasur,
diulas dengan empu tangan,
dibungkus dengan kain kasap,
diikat dengan benang sutera.
Hidangan sudah terhantar,
pahar dan cerek sudah teratur,
jawat air basuhlah tangan,
tambuhkan nasi akan disantap,
kami si pangkalan bersama-sama.
6. Pantun yang terdiri dari 12 baris
Baris pertama sampai keenam merupakan sampiran, baris
berikutnya merupakan isi.
·
Baju ketat dipakai awang,
untuk dipakai menangkap tenggiri,
adik suka berlari lari,
ayah pula mencari arang,
pergi ke kedai membeli barang,
adik mengadu sakit gigi,
Kalau pergi ke tempat orang,
pandai pandailah menjaga diri,
kalu pandai membawa diri,
dimana-mana orang pun sayang,
moga selamat di tempat orang,
panjang umur berjumpa lagi.
7.
Pantun
yang terdiri dari 14 baris
Baris pertama sampai ketujuh adalah sampiran, dan baris
kedelapan sampai keempat belas adalah isi pantun.
·
Rotan
sepatah dua patah,
tarik kerakap batang padi,
dibawa Sutan dari Judah,
padi yang jangan digempakan,
kalau gempa antara gugur,
bila gugur masuk perigi,
di situ ditanam pula.
Tuan di Mekah di Medinah,
naik akhirat batu haji,
tegak berdiri rasul ullah,
kami yang jangan dilupakan,
kalau lupa antara tidur,
dalam tidur menjadi mimpi,
jika terbangun diingat pula.
Selain
macam-macam pantun di atas, pantun juga dapat dikombinasikan antara pantun yang
satu dengan pantun yang lain sehingga terbentuklah pantun berkait yang saling
bersahut-sahutan. Contohnya seperti berikut ini:
·
Dari
Bantan ke Tanjung Kandis,
berlayar ditumbang angin utara.
Lagi berhadapan mulutnya manis,
balik belakang lain bicara.
·
Ambil
puan dari Merinda,
Pandan di Jawa saya robohkan.
Jika tuan membawa adinda,
badan dan nyawa saya serahkan.
·
Ambil
puan di atas batu,
hendak berlayar ke benua Jawa.
Jika tuan berkata begitu,
esok hari kakanda bawa.
·
Ayam
Belanda terbang ke Jambi,
pandan di Jawa diranggungkan.
Jika kakanda mungkirkan janji,
badan dan nyawa menanggungkan.
·
Terang
bulan terang kepaya,
Raja Masir bertenun kain.
Tuan dipandang bertambah caya,
rasaku tidak pada yang lain.
·
Aci-aci
ke Bangkahulu,
seri paduka panglimanya.
Jika kasih sabarlah dahulu,
nantikan saja ketikanya.
Materi dan
contoh-contoh di atas merupakan penjabaran mengenai pengertian pantun, fungsi,
aturan penulisan, dan macam-macam pantun. Dalam perkembangannya pantun harus
tetap mengikuti aturan penulisan untuk dapat menjadi media dalam penyampaian
pesan agar terlihat lebih menarik dan banyak orang yang ingin mempelajarinya.
Bab
V
Penutup
5.1
Simpulan
Dari berbagai pendapat para ahli dan beberapa
sumber, dapat disimpulkan bahwa pantun merupakan karya sastra yang memiliki
kekhasan dalam penulisan dan pengucapan, dimana pantun dapat digunakan untuk
mengungkapkan perasaan hati, mengucapkan rasa suka maupun duka, untuk
berkenalan, sebagai hiburan ataupun untuk mengasah ketangkasan dalam berpikir.
Jadi belajar pantun bukanlah suatu hal yang membosankan.
5.2
Saran
Sebagai bangsa Indonesia, kita patut berbangga akan
pantun, karena tidak semua negara memilikinya, dan kita sebagai pelajar
harusnya mencoba untuk tetap mempertahankan eksistensi pantun di era
globalisasi ini agar tidak kalah bersaing dengan segala kecanggihan tekhnologi
seperti sekarang ini. Akan lebih baik lagi jika antara tekhnologi dipadukan
dengan kreatifitas dalam berpantun. Dengan begitu, kita dapat memetik hasil
dari karya sastra dan modernisasi untuk diterapkan di dalam kehidupan.