Kamis, 22 Agustus 2013

Contoh Makalah Analisis Pantun




Contoh Makalah:


ANALISIS PANTUN DALAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
 


Bab I
Pendahuluan
1.1              Latar Belakang
Indonesia terkenal di dunia karena budaya yang dimilikinya, serta keunikan dan ciri khas yang sangat melekat. Sejak zaman dahulu orang-orang begitu mahir mengembangkan pola pikir mereka dalam sastra, sehingga saat ini kita dapat mengenal berbagai karya sastra. Begitu banyaknya karya sastra yang berkembang di era globalisasi modern ini memperkaya sastra Indonesia. Baik yang tertulis maupun tidak tertulis dapat mengungkapkan perasaan hati seseorang.
Setiap karya sastra mampu menggugah hati siapapun yang membacanya untuk mengetahui makna yang tersembunyi di dalamnya.  Namun, seiring berkembangnya zaman, juga membuat karya sastra terutama pantun semakin dilupakan, karena dianggap kuno terutama di kalangan pelajar yang seharusnya menjadi generasi penerus dan pelestari karya-karya Indonesia. Alasan ini tak serta merta dapat dibenarkan begitu saja. Karena pantun memiliki keunikan dari segi bahasa untuk menyampaikan makna sebuah pantun.
Dengan pantun kita dapat memberi nasihat, menghibur, ataupun mengungkapkan isi hati kepada seseorang dengan bahasa yang indah tentunya. Pantun saya katakan sebagai sesuatu yang unik karena tidak semua negara memilikinya. Oleh karena itu, berbanggalah kita sebagai bangsa Indonesia memiliki pantun sebagai sebuah karya sastra. Alasan-alasan di atas membuat saya berpikir untuk mengangkat tema pantun dalam karya ilmiah saya. Hal ini saya lakukan agar peminat pantun terutama kalangan remaja dapat lebih berkembang dan semakin luas.
1.2              Identifikasi Masalah
Generasi muda banyak yang lupa akan sastra yang dimiliki bangsa ini, mereka lebih mementingkan kemajuan tekhnologi tanpa mengimbangi dengan kebudayaan yang ada. Akibatnya, mereka lebih terpaku pada kemajuan di era globalisasi modern, lebih mementingkan gadget, dan segala hal yang praktis. Mereka lupa akan warisan budaya, seperti membaca pantun, dan menganggapnya sebagai suatu hal yang kuno. Bahkan, jika ada teman mereka yang masih senang membaca pantun dianggap kuper (kurang pergaulan). Selain itu, banyak orang yang kebingungan jika mendapat tugas membuat pantun, mereka tidak tahu aturan penulisan pantun yang benar. Masalah-masalah yang timbul ini akan saya bahas dalam bagian karya ilmiah ini selanjutnya.
1.3              Rumusan Masalah
·         Apa yang dimaksud dengan pantun?
·         Bagaimana aturan penulisan pantun?
·         Apa fungsi pantun?
·         Bagaimana  penggolongan pantun?
1.4              Tujuan
·         Mendeskripsikan pengertian pantun dan fungsinya.
·         Mendeskripsikan aturan penulisan pantun.
·         Menjelaskan berbagai macam pantun.
1.5              Manfaat
·         Sebagai materi yang dapat menambah wawasan pembaca tentang pantun
·         Sebagai motivasi untuk lebih mencintai karya sastra Indonesia yang berupa pantun
·         Melestarikan pantun agar tidak dilupakan oleh kaum muda




Bab II
Landasan Teori
Dalam pembuatan karya ilmiah ini saya mengembangkan berdasarkan beberapa materi dari beberapa buku dan teori yang dikemukakan beberapa ahli, yaitu Za’ba dalam bukunya Ilmu Mengarang Melayu menjelaskan,”Pantun pada mulanya dipakai orang dalam makna seperti atau umpama”. Tuan Ch. A. van Ophuysen, seorang Guru Besar (Professor) bahasa Melayu pada Sekolah Tinggi di kota Leiden pada tahun 1904 dalam pidatonya menyatakan, suatu karangan Tuan H.C.Klinkert yang berjudul “de Pantuns of Minnezangen der Maleiers” memiliki arti “Pantun adalah nyanyian orang Melayu berkasih-kasihan”. Sedangkan dalam bahasa Minangkabau, pantun berarti panuntun yang memiliki makna pembimbing/penasihat.



   
Bab III
Metode Penelitian
3.1                 Metode
Dalam penyusunan karya ilmiah ini saya menggunakan metode pengkajian dari beberapa sumber buku dan internet sebagai referensi untuk menambah dan mengembangkan materi mengenai pantun. Selebihnya, saya menggabungkan dengan materi yang telah saya dapatkan di bangku SMP dan SMA.
3.2                 Pengumpulan data
Data-data yang bersumber dari buku dan media internet dikumpulkan dalam sebuah file untuk dikaji kembali materinya, mana yang berhubungan dan mana yang harus disisihkan untuk menjadi tambahan materi.
3.3                 Pengolahan data
Data-data yang telah terkumpul diproses dengan cara memadukan antara materi dari sumber yang satu dengan yang lainnya untuk disusun agar menjadi padu dan saling mengisi kekurangan yang ada, sehingga gabungan dari beberapa materi ini dapat memunculkan sebuah ide baru yang lebih lengkap.



  
Bab IV
Pembahasan
4.1       Pengertian Pantun
Karya sastra memiliki berbagai pengertian menurut masing-masing individu. Pengertian itu muncul dari pemikiran yang juga melibatkan perasaan seseorang yang menafsirkannya. Begitu pula dengan pantun. Pantun dalam masyarakat sudah dianggap sebagai seni yang mengutamakan keindahan struktur bahasa dan kata yang digunakan. Pantun juga dapat digunakan sebagai media untuk mencurahkan perasaan hati seseorang.
Secara umum pantun adalah sebuah karya sastra berupa puisi lama yang terikat oleh jumlah baris, sajak,suku kata, sampiran dan isi yang dapat mewakili maksud seseorang kepada orang lain, baik yang berupa nasihat, sindiran, teka-teki, ungkapan rasa rindu, dan lain-lain.
4.2       Fungsi Pantun
Setiap karya sastra yang dibuat pastinya memiliki tujuan. Dalam penulisannya pantun dibuat untuk:
1.      Memberikan nasihat dan pendidikan
Pada bagian isi pantun terdapat beberapa kata yang jika diperhatikan denngan seksama kata-kata tersebut menyampaikan suatu maksud kepada si pembaca tentang nilai-nilai kehidupan.
2.      Sebagai sindiran
Pantun dapat digunakan untuk menyindir seseorang, tetapi kata-kata yang digunakan untuk menyindir biasanya berpa kiasan.
3.      Sebagai media untuk mencurahkan perasaan rindu dan kasih saying
4.      Untuk mengungkapkan perasaan terimakasih
5.      Untuk mengasah ketangkasan pikiran
Seseorang dalam membuat sebuah pantun harus mengasah ketangkasan otak dalam berpikir, yaitu ketangkasan dalam mengikuti  aturan penulisan, mengolah kata agar indah didengar, dan ketangkasan untuk menyampaikan isi/maksud pantun.
6.      Sebagai hiburan
Pantun dikatakan sebagai hiburan karena dapat menjadi sebuah permainan, seperti pantun jenaka dan pantun teka-teki.
4.3       Bagian-Bagian Pantun
Pantun memiliki struktur yang harus dipatuhi, jadi tidak asal membuat kata-kata. Bagian-bagian pantun tersebut antara lain:
1.      Sampiran
Yaitu bagian pantun yang memberi persamaan bunyi/rima kepada isi pantun. Sampiran pada pantun yang memiliki empat baris berada pada baris pertama dan kedua dengan akhiran a-b atau a-a.
2.      Isi/maksud
Yaitu pesan yang ingin disampaikan dalam pantun. Isi berada pada baris ketiga dan keempat.
3.      Kata
Pemilihan kata dapat menambah keindahan pantun. Kata yang digunakan dirangkai sedemikian rupa dan disesuaikan dengan isi pantun. Dalam satu baris terdiri dari 3-4 kata.
4.      Suku kata
Pantun yang baik memiliki jumlah kata yang sama di setiap baris, yaitu antara 8-12 suku kata.
5.      Rima
Yaitu bunyi yang sama pada bagian tengah atau akhir setiap baris.
4.4              Aturan Penulisan Pantun
Dalam menulis sebuah pantun agar indah dibaca dan dapat diterima maksudnya, harus berdasarkan kaidah yang berlaku. Berikut adalah aturan penulisan pantun yang sering dijumpai, yaitu:
1.      Terdiri dari empat baris
2.      Jumlah kata dalam satu baris antara 4-5 patah kata
3.      Jumlah suku kata setiap baris antara 7-12 suku kata
4.      Ada hubungan antara sampiran (2 baris di atas) dan isi (2 baris di bawah)
5.      Bunyi rima akhir seuntai pantun itu harus sama, yaitu a-b-a-b atau a-a-a-a
6.      Menggunakan bahasa yang halus, penuh kiasan, dan sindiran serta banyak menggunakan unsure alam
7.      Isinya sarat dengan pengajaran, moral, dan falsafah hidup
8.      Sarat dengan cirri-ciri tradisional, ada sampira dan isi, mempunyai nilai hidup masyarakat yang menggambarkan perspektif masyarakat
4.5              Jenis-Jenis Pantun
Pantun ada beragam  jenisnya. Secara umum, pantun dapat kita bedakan berdasarkan isinya, yaitu:
1.      Pantun anak-anak
Seperti namanya, pantun anak-anak diperuntukkan untuk anak-anak yang selalu riang dan penuh dengan keceriaan, namun pantun anak-anak dalam hal ini tidak hanya tentang sukacita, tetapi juga dukacita. Pembagian pantun anak-anak sebagai berikut:
a.       Pantun bersukacita
·         Dapat di rumput bilang-bilang,
mengisap bunga dengan mayang.
Hati cemas menjadi hilang,
perut lapar menjadi kenyang.
·         Juragan bernama Sutan Tahir,
muat beras bercampur pulut.
Selama masa adikku lahir,
telah boleh kawan bergelut.
b.      Pantun berdukacita
·         Besar buahnya pisang batu,
jatuh melayang selaranya.
Saya ini anak piatu,
sanak saudara tidak punya.
·         Buah mangga di Tanah Sirah,
masak sedikit bawakan bakul.
Bapa saya sangat pemarah,
salah sedikit suka memukul.

2.      Pantun orang muda
Pantun orang muda dapat dikategorikan dalam bebrapa pantun lagi, yaitu:
a.       Pantun dagang atau pantu nasib
·         Asam pauh dari seberang,
tumbuhnya dekat tepi tebat.
Badan jauh di rantau orang,
sakit siapa akan mengobat.
·         Bangkahulu pasarnya lengang,
sebab sukar tempat membeli.
Dahulu badan betul senang,
kini serasa jadi kuli.
b.      Pantun muda
Pantun muda digolongksn menjadi empat jenis, yaitu:
o   Pantun berkenalan
·         Serdadu perang gundah gulana,
lihat bayangan hanyalah semu.
Hai seseorang yang disana,
dapatkah ku tahu namamu?
·         Dari mana hendak ke mana?
dari Jepang ke Bandar Cina.
Kalau boleh kami bertanya,
bunga yang kembang siapa punya?
o   Pantun berkasih-kasian
·         Makan manggis dengan bijinya,
daun miana di atas Loyang.
Karena manis hati budinya,
bagaimana hati takkan sayang.
·         Kunang-kunang di dalam kendi,
ambil tali panjang sedepa.
Kenangan tuan yang baik budi,
sampai mati tidakkan lupa.

o   Pantun berceraian
·         Puan emas di atas peti,
bunga mawar layu terletak.
Tuan berjalan bersenang hati,
saya yang tinggal berhati rusak.
·         Pulau tinggi teratak Cina,
tampaklah dari Pasir Sibu.
Tuan pergi janganlah lama,
tidak kuasa menanggung rindu.
o   Pantun beriba hati
·         Padi dirangkai Laksamana,
padi nan jangan dicampur antah.
Jika lagia akan berguna,
hatiku jangan diberi patah.
·         Anak Keling berbaju sitin,
sudah sitin sekelat pula.
Hamba hina lagi miskin,
sudah miskin melarat pula.
c.       Pantun jenaka
·         Tanamlah padi dalam hutan,
sudahlah ditanam ditunggui.
Kesallah hati ayam jantan,
padi terjemur ditunggui.
·         Mentimun dan limau kingkik,
sama masam keduanya.
Matilah kuman kena belantik,
sekalian alam kena darahnya.
3.      Pantun orang tua
Pantun ini biasanya berisi saran dari orang tua untuk kaum muda atau menceritakan tentang warisan leluhur. Bagian-bagian pantun orang tua:


a.       Pantun nasihat
·         Anak ayam turun lima,
mati satu tinggallah empat.
Baiklah tuntut pada ulama,
mana yang kurang hendaklah dapat.
·         Perang dibantu maraja dewa,
Dipa Negara Jawa sakti.
Jika nama tidak kecewa,
masyurlah kita sampai ‘kan mati.
b.      Pantun adat
·         Berek-berek turun ke semak,
dari semak turun ke padi.
Dari nenek turun ke mamak,
dari mamak turun ke kami.
·         Rama-rama si kumbang janti,
Chatib Indah pulang berkuda.
Patah tumbuh hilang berganti,
pusaka tinggal begitu juga.
c.       Pantun agama
·         Asam kandis asam gelugur,
ketiga asam riang-riang.
Menangis di pintu kubur,
teringat badan tidak sembahyang.
·         Orang Bayang pergi mengaji,
ke Cubadak jalan ke Panti.
Meninggalkan sembahyang jadi berani,
seperti badan tak akan mati.
Pantun tidak hanya dilihat berdasarkan isinya. Pantun juga dapat dibedakan berdasarkan jumlah barisnya, yaitu terdiri dari:
1.      Pantun yang terdiri dari 2 baris
Baris pertama merupakan sampiran, dan baris kedua merupakan isi dengan sajak a-a.

·         Sebab pulut santan terasa,
Sebab mulut orang binasa.
2.      Pantun yang terdiri dari 4 baris
Jenis pantun ini merupakan pantun yang paling popular di masyarakat. Baris pertama dan kedua merupakan sampiran dan baris ketiga dan keempat merupakan isi, dengan sajak a-b-a-b atau a-a-a-a.
·         Pepat bilah jadi seligi,
benang setukai jadi lima.
Penat saja saya menanti,
belukar sudah menjadi rimba.
3.      Pantun yang terdiri dari 6 baris
Tiga baris pertama merupakan sampiran, dan tiga baris terakhir merupakan isi. Sajak yang digunakan yaitu sajak a-b-a-a-b-a atau mengikuti pola, misalnya baris pertama memiliki sajak yang sama dengan baris keempat, begitu seterusnya. Aturan ini juga berlaku untuk semua pantun yang memiliki 8, 10, 12, dan 14 baris.
·         Selasih di rimba Jambi,
rotan ditarik orang Pauh,
putus akarnya di jerami.
Kasih pun baru dimulai,
dibawa berjalan jauh,
itu mengiba hati kami.
4.      Pantun yang terdiri dari 8 baris
Empat baris pertama adalah sampiran, dan empat beari terakhir adalah isi pantun.
·         Rumpun rotan di kota alam,
ditebang dibelah empat,
tumbuh serumpun di seberang,
selasih muara sungkai.
Penglihatan usah diperdalam,
pandang yang usah dipertepat,
adik di dalam tangan orang,
maksud rasa takkan sampai.
5.      Pantun yang terdiri dari 10 baris
Baris pertama sampai keliama adalah sapiran, sedangkan baris keenam sampai kesepuluh adalah isi.
·         Kain selendang tenunan Kampar,
putus sehelai atas kasur,
diulas dengan empu tangan,
dibungkus dengan kain kasap,
diikat dengan benang sutera.
Hidangan sudah terhantar,
pahar dan cerek sudah teratur,
jawat air basuhlah tangan,
tambuhkan nasi akan disantap,
kami si pangkalan bersama-sama.
6.      Pantun yang terdiri dari 12 baris
Baris pertama sampai keenam merupakan sampiran, baris berikutnya merupakan isi.
·         Baju ketat dipakai awang,
untuk dipakai menangkap tenggiri,
adik suka berlari lari,
ayah pula mencari arang,
pergi ke kedai membeli barang,
adik mengadu sakit gigi,
Kalau pergi ke tempat orang,
pandai pandailah menjaga diri,
kalu pandai membawa diri,
dimana-mana orang pun sayang,
moga selamat di tempat orang,
panjang umur berjumpa lagi.
7.      Pantun yang terdiri dari 14 baris
Baris pertama sampai ketujuh adalah sampiran, dan baris kedelapan sampai keempat belas adalah isi pantun.
·         Rotan sepatah dua patah,
tarik kerakap batang padi,
dibawa Sutan dari Judah,
padi yang jangan digempakan,
kalau gempa antara gugur,
bila gugur masuk perigi,
di situ ditanam pula.
Tuan di Mekah di Medinah,
naik akhirat batu haji,
tegak berdiri rasul ullah,
kami yang jangan dilupakan,
kalau lupa antara tidur,
dalam tidur menjadi mimpi,
jika terbangun diingat pula.
Selain macam-macam pantun di atas, pantun juga dapat dikombinasikan antara pantun yang satu dengan pantun yang lain sehingga terbentuklah pantun berkait yang saling bersahut-sahutan. Contohnya seperti berikut ini:
·         Dari Bantan ke Tanjung Kandis,
berlayar ditumbang angin utara.
Lagi berhadapan mulutnya manis,
balik belakang lain bicara.
·         Ambil puan dari Merinda,
Pandan di Jawa saya robohkan.
Jika tuan membawa adinda,
badan dan nyawa saya serahkan.
·         Ambil puan di atas batu,
hendak berlayar ke benua Jawa.
Jika tuan berkata begitu,
esok hari kakanda bawa.
·         Ayam Belanda terbang ke Jambi,
pandan di Jawa diranggungkan.
Jika kakanda mungkirkan janji,
badan dan nyawa menanggungkan.
·         Terang bulan terang kepaya,
Raja Masir bertenun kain.
Tuan dipandang bertambah caya,
rasaku tidak pada yang lain.

·         Aci-aci ke Bangkahulu,
seri paduka panglimanya.
Jika kasih sabarlah dahulu,
nantikan saja ketikanya.
Materi dan contoh-contoh di atas merupakan penjabaran mengenai pengertian pantun, fungsi, aturan penulisan, dan macam-macam pantun. Dalam perkembangannya pantun harus tetap mengikuti aturan penulisan untuk dapat menjadi media dalam penyampaian pesan agar terlihat lebih menarik dan banyak orang yang ingin mempelajarinya.



 
Bab V
Penutup
5.1              Simpulan
Dari berbagai pendapat para ahli dan beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa pantun merupakan karya sastra yang memiliki kekhasan dalam penulisan dan pengucapan, dimana pantun dapat digunakan untuk mengungkapkan perasaan hati, mengucapkan rasa suka maupun duka, untuk berkenalan, sebagai hiburan ataupun untuk mengasah ketangkasan dalam berpikir. Jadi belajar pantun bukanlah suatu hal yang membosankan.
5.2              Saran
Sebagai bangsa Indonesia, kita patut berbangga akan pantun, karena tidak semua negara memilikinya, dan kita sebagai pelajar harusnya mencoba untuk tetap mempertahankan eksistensi pantun di era globalisasi ini agar tidak kalah bersaing dengan segala kecanggihan tekhnologi seperti sekarang ini. Akan lebih baik lagi jika antara tekhnologi dipadukan dengan kreatifitas dalam berpantun. Dengan begitu, kita dapat memetik hasil dari karya sastra dan modernisasi untuk diterapkan di dalam kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar